BAB I
MASDAR ISIM MUSYTAQ
Isim Musytaq ialah Isim yang dibentuk dari kata lain dan
memiliki makna yang berbeda dari kata pembentuknya. Isim Musytaq itu ada tujuh
macam:
1.
ISIM FA'IL ( اِسْم
فَاعِل ) atau Isim Pelaku (yang melakukan pekerjaan).
Isim Fa'il ada dua wazan (pola pembentukan) yaitu:
a) فَاعِلٌ bila berasal dari Fi'il Tsulatsi (Fi'il yang terdiri dari tiga
huruf)
b) مُفْعِلٌ bila berasal dari Fi'il yang lebih dari tiga huruf
Fi'il Isim Fa'il
عَلِمَ - يَعْلَمُ (=mengetahui) عَالِمٌ (=yang mengetahui)
نَامَ -
يَنَامُ (=tidur)
نَائِمٌ (=yang tidur)
أَكَلَ - يَأْكُلُ (=makan)
آكِلٌ (=yang makan)
أَسْلَمَ - يُسْلِمُ (=menyerah)
مُسْلِمٌ (=yang menyerah)
أَنْفَقَ - يُنْفِقُ (=berinfak)
مُنْفِقٌ (=yang berinfak)
اِسْتَغْفَرَ
- يَسْتَغْفِرُ (=mohon ampun)
مُسْتَغْفِرٌ (=yang mohon ampun)
Disamping itu dikenal pula istilah bentuk MUBALAGHAH ( مُبَالَغَة ) dari Isim
Fa'il yang berfungsi untuk menguatkan atau menyangatkan artinya. Contoh:
Fi'il
Isim Fa'il Isim Mubalaghah
عَلِمَ-يَعْلَمُ
عَالِمٌ عَلِيْمٌ / عَلاَّمٌ (=yang sangat mengetahui)
غَفَرَ-يَغْفِرُ
غَافِرٌ
غَفُوْرٌ / غَفَّارٌ (=yang suka mengampuni)
نَامَ-يَنَامُ
نَائِمٌ نَئِيْمٌ / نَوَّامٌ (=yang banyak tidur)
أَكَلَ-يَأْكُلُ آكِلٌ
أَكِيْلٌ / أَكَّالٌ (=yang banyak makan)
2. SIFAT MUSYABBAHAH ( صِفَة مُشَبَّهَة ) ialah Isim yang menyerupai Isim Fa'il
tetapi
lebih condong pada arti sifatnya yang tetap. Misalnya:
Fi'il
Isim Fa'il Sifat Musyabbahah
فَرِحَ-يَفْرَحُ
(=senang)
فَارِحٌ
فَرِحٌ (=orang senang)
عَمِيَ-يَعْمَى (=buta)
عَامِيٌ
أَعْمَى (=orang buta)
مَاتَ-يَمُوْتُ (=mati)
مَائِتٌ
مَيِّتٌ smile emotikon orang mati)
جَاعَ-يَجُوْعُ (=lapar)
جَائِعٌ
جَوْعَانٌ smile emotikon orang kelaparan)
3. ISIM MAF'UL ( اِسْم مَفْعُوْل ) yaitu Isim yang dikenai pekerjaan.
Fi'il Isim Maf'ul
غَفَرَ -
يَغْفِرُ (=mengampuni) مَغْفُوْرٌ (=yang diampuni)
عَلِمَ - يَعْلَمُ (=mengetahui) مَعْلُوْمٌ (=yang diketahui)
بَاعَ -
يَبِيْعُ (=menjual) مَبِيْعٌ (=yang dijual)
قَالَ -
يَقُوْلُ (=berkata)
مَقَالٌ (=yang diucapkan)
4. ISIM TAFDHIL ( اِسْم تَفْضِيْل ) ialah Isim yang menunjukkan arti
"lebih" atau "paling".
Wazan (pola)
umum Isim Tafdhil adalah: أَفْعَلُ . Contoh:
Isim Fa'il
Isim Mubalaghah Isim Tafdhil
عَالِمٌ عَلِيْمٌ (=sangat mengetahui) أَعْلَمُ (=yang lebih mengetahui)
كَابِرٌ كَبِيْرٌ (=sangat besar) أَكْبَرُ (=yang lebih besar)
قَارِبٌ قَرِيْبٌ (=sangat dekat) أَقْرَبُ (=yang lebih dekat)
فَاضِلٌ
فَضِيْلٌ (=sangat utama) أَفْضَلُ (=yang lebih utama)
Disamping itu, terdapat pula bentuk yang sedikit agak berbeda, seperti:
Sifat
Musyabbahah
Isim Tafdhil
شَدِيْدٌ (=yang sangat)
أَشَدُّ (=yang lebih sangat)
حَقِيْقٌ
(=yang berhak) أَحَقُّ (=yang lebih berhak)
عَزِيْزٌ (=yang mulia)
أَعَزُّ (=yang lebih mulia)
5. ISIM ZAMAN ( اِسْم زَمَان ) yaitu Isim yang menunjukkan waktu dan ISIM MAKAN
( اِسْم مَكَان ) yaitu Isim yang menunjukkan tempat.
Fi'il
Isim Zaman/Makan
كَتَبَ / يَكْتُبُ (=menulis)
مَكْتَبٌ (=kantor)
لَعِبَ /
يَلْعَبُ (=bermain)
مَلْعَبٌ (=tempat bermain)
سَجَدَ /
يَسْجُدُ (=bersujud)
مَسْجِدٌ (=masjid)
وَلَدَ /
يَلِدُ (=melahirkan)
مَوْلِدٌ (=hari kelahiran)
وَعَدَ /
يَعِدُ (=menjanjikan)
مَوْعِدٌ (=hari yang dijanjikan)
اِجْتَمَعَ /
يَجْتَمِعُ (=berkumpul)
مُجْتَمَعٌ (=perkumpulan, pertemuan)
6. ISIM ALAT ( اِسْم آلَة ) yaitu Isim yang menunjukkan alat yang digunakan
untuk melakukan suatu Fi'il atau pekerjaan.
Fi'il
Isim Alat
فَتَحَ / يَفْتَحُ (=membuka)
مِفْتَاحٌ (=kunci)
وَزَنَ /
يَزِنُ (=menimbang)
مِيْزَانٌ (=timbangan)
جَلَسَ /
يَجْلِسُ (=duduk)
مَجْلِسٌ (=tempat duduk)
جَهَرَ /
يَجْهَرُ (=nyaring)
مِجْهَرٌ (=pengeras suara)
BAB
II
MUJARRAD
DAN MAZID
.
Kata kerja/kalimah fi’il terbagi
menjadi Mujarrad dan Mazid. Fi’il Mujarrad adalah Fi’il yang semua
huruf-hurufnya asli. Fi’il Mazid adalah fi’il yang ditambahi satu haruf atau
lebih pada huruf-hurufnya yg asli.
Fi’il Mujarrad terdapat dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i:
- Fi’il Tsulatsi yang Mujarrad (kalimah bangsa 3
huruf asli tanpa tambahan) ada 6 Wazan. Silahkan buka disini
- Fi’il Ruba’I yang Mujarrad (kalimah bangsa 4 huruf
asli tanpa tambahan) ada 1 Wazan. Silahkan buka disini
Fi’il Mazid juga ada dua bagian, Tsulatsi dan Ruba’i.
Fi’il Tsulatsi yang Mazid (kalimah bangsa 3 huruf asli
berikut tambahan 1/ 2/ 3 Huruf):
Fi’il Ruba’i yang Mazid (kalimah bangsa 4 huruf asli
berikut tambahan 1 / 2 huruf):
Dengan demikian kalimah fi’il dalam bahasa arab, secara
pertimbangan jumlah hurufnya terdapat empat bentuk; 3 huruf, 4 huruf, 5 huruf
dan 6 huruf. dan kalau dipertimbangkan dari jumlah wazannya terdapat 22 bentuk
wazan.
PENTING UNTUK DIKETAHUI…!
- Tidak musti semua kalimah
fi’il mujarrad bisa diberlakukan untuk fi’il mazidnya, contoh: لَيسَ،
“bukan” خَلا “selain” dan semisalnya dari semua fi’il Jamid. Begitupun
sebaliknya tidak musti tiap kalimah fi’il bentuk mazid bisa berlaku untuk
bentuk mujarradnya, contoh: اجْلَوَّذَ, “tergesa-gesa” اعْرَنْدَى
“mengeras” dan semisalnya dari fi’il-fi’il yang berwazan افْعَوَّلَ atau
افْعَنْلَى . Begitupun juga tidak musti bentuk fi’il mazid yang satu, bisa
dipakai bentuk fi’il Mazid yang lain, akan tetapi semua pemakaian bentuk
kalimah terlaksana secara sima’i atau bawaan bangsa Arab. Kecuali sebagai
pelainan, yaitu untuk Fi’il-fi’il Tsulatsi Lazim yang akan kita
Muta’addikan dengan cara memasang Hamzah pada awal kalimah, misalnya:
خَرَجَ “keluar” dimuta’addikan menjadi أَخْرَجَ “mengeluarkan”.
- Bilamana pada fi’il madhi
itu berpola wazan فَعَل (‘ain fi’ilnya berharkah fathah), maka dapat
dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan antara يَفْعَلُ atau
يَفْعُلُ atau يَفْعِلُ. (‘ain fi’ilnya berharkah fathah/dhammah/kasrah).
Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعِل (‘ain fi’ilnya berharkah
kasrah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il mudhari’nya berwazan
يَفْعَلُ atau jarang berwazan يَفْعِلُ (‘ain fi’ilnya berharkah
fathah/kasrah) saja. Dan bilamana fi’il madhi itu berwazan فَعُل (‘ain
fi’ilnya berharkah dhammah), maka dapat dipastikan bahwa bentuk fi’il
mudhari’nya berwazan يَفْعُلُ (‘ain fi’ilnya berharkah dhammah) saja.
- Wazan-wazan fi’il bangsa
tiga huruf yang paling banyak ditemukan dalam penggunaanya menurut
urutannya adalah sebagai berikut: pertama yang paling banyak ditemukan
adalah kalimah fi’il berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ , berikutnya wazan
فَعَلَ – يَفْعِلُ , kemudian wazan فَعَلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan
فَعِلَ – يَفْعَلُ , kemudian wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ , hingga yang paling
jarang yaitu berpola wazan فَعِلَ – يَفْعِلُ.
- Untuk mengamati wazan
kalimah bagsa tiga huruf, perlu diperhatikan adalah bentuk wazan fi’il
madhi-nya berikut fi’il mudhari’nya secara bersamaan, dikarenakan
berbeda-bedanya bentuk fi’il mudhari’ untuk satu pola wazan fi’il madhi.
Dan ada juga yang cukup memperhatikan bentuk Fi’il Madhinya saja, yaitu
untuk tiap-tiap kalimah yang berwazan fi’il madhi dengan satu bentuk fi’il
mudhari tanpa berbeda-beda, seperti wazan فَعُلَ dengan satu bentuk fi’il
mudhari’ يَفْعُلُ.
- Ketentuan kalimah fi’il
tsulatsi dalam mengikuti suatu wazan tertentu dari 6 wazan tsulatsi
mujarrad di atas, bergantung pada ketentuan secara sima’i dari orang arab.
Maka tidak bisa dikokohkan melalui pengetahuan secara kaidah-kaidah.
Kecuali ada sedikit kemungkinan yang paling mendekati dengan melihat
kaidah-kaidah berikut ini:Untuk Fi’il Madhi yang ‘ain fi’ilnya berharkah
fathah, apabila huruf awalnya (fa’ fi’ilnya) terdiri dari huruf hamzah
atau wau, maka lazimnya banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ contoh:
أسَر – يأسِر | أتَى – يأتِي | وعَد – يعِد dan tidak lazim seperti
contoh: أخَد – يأخُذُ | أكَل – يأكُل | أمَر – يأمُر .Apabila fi’il
madhinya termasuk kalimah bina’ Mudha’af yang Muta’addi,
maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti contoh: مدَّ –
يمُدُّ | صَدَّ – يصُدُّ dan apabila terdiri dari Bina’ Mudha’af
Lazim maka yang banyak berpola wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti
contoh:خّفَّ – يخِفّ | شدَّ – يشِدّ .
Apabila fi’il madhinya termasuk kalimah bina’ Ajwaf
ya’iy atau bina’ Naqish ya’iy, maka yg banyak ikut
wazan فَعَلَ – يَفْعِلُ seperti: باع – يبيع | رمَى – يرمِي dan bilamana
termasuk bina’ ajwaf wawi atau Naqish wawi,
maka yg banyak ikut wazan فَعَلَ – يَفْعُلُ seperti: قَام – يقُوم | دعَا –
يدعُو . dll.
- Semua Fi-il-fi’il yang
berpola wazan فَعُلَ – يَفْعُلُ semuanya adalah fi’il lazim. kata
kerja seperti wazan ini adalah menunjukkan tabi’at/sifat/watak. seperti
contoh: ظرُف – فضُل – حسُن – قبُح “cerdas” – “utama” – “bagus” –
“jelek”. dll.
- Semua Fi-il-fi’il yang
berpola wazan فَعِلَ – يَفْعَلُ apabila ia Lazim, maka sering
menunjukkan tentang kebahagiaan atau kesusahan. contoh: طَرِبَ “bingung”
فَرِحَ “gembira” حَزِنَ “sedih”. atau sering menunjukkan tentang Berisi
atau Kosong seperti شبِعَ “kenyang” عطِش “haus”. atau banyak menunjukkan
tentang cacat atau sempurna. contoh عَمِشَ “trahum/mata kabur/min” غيِدَ
“bengkok/miring” dll.
- semua fi’il yang
berwazan فَعَلَ – يَفْعَلُ dapat dipastikan ‘Ain fi’il atau lam
fi’il-nya terdiri dari huruf Halaq (ح – خ – ع – غ – هـ – أ). contoh: فتَح
– نشَأ dll.
BAB III
RUBAI MUJAROD
A. Pengertian Fi’il Ruba’i
Fi’il Ruba’i ialah kalimat yang huruf asalnya ada empat (4). Sedangkan
Fi’il Ruba’i terdiri dari tiga macam, yaitu:
1. Fi’il Ruba’i Mujarrad, contoh : دَخْرَجَ
Fi’il Ruba’i
Mujarrad ialah kalimah fi’il yang madzinya
memuat 4 huruf asal dan bebas dari huruf tambahan
2. Fi’il Ruba’i Mulhaq, contoh : بَيْطَرَ
Fi’il Ruba’i
Mulhaq ialah kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari empat huruf, yang
tiga berupa huruf asal dan yang satu berupa huruf tambahan sebagai ilhaq.
3. Fi’il Ruba’i Mazid, contoh : تَدَخْرَجَ
Fi’il Ruba’i
Mazid ialah kalimah yang fi’il madzinya memuat huruf lebih dari empat
huruf, dengan rincian yang empat berupa huruf asal sedang yang lain berupa
huruf tambahaan.
Untuk lebih jelasnya, akan
disebutkan secara rinci mengenai Fi’il Rubai mujarrad dan mazied berikut
pengertian, pembagian serta contohnya ataau wazannya.
B. Fi’il Ruba’i Mujarrad
Fi’il Mujarrad yaitu fi’il yang semua
hurufnya adalah huruf asli. Fi’I ini
belum mendapatkan tambahan.
Fi’il Mujarrad secra garis
besar dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Fi’il Tsulasi Mujarrad
Fi’il tsulatsi mujarrod
ialah kalimat fi’il madzinya yang terdiri dari tiga huruf dan bebas dari huruf
tambahan. Contoh :نصر, ضرب . Adapun fi’il tsulatsi mujarrod
itu seluruhnya ada 6 (enam) bab. Dan diantara tiap-tiap bab dapat dibedakan
dengan ada kharokat ‘ain fi’il yang ada pada fi’il madzi dan fi’il mudlori
sebagaimana keterangan pada nadzom berikut ini :
فتح ضم, فتح كسر, فتحتان, كسر فتح,
ضم ضم, كسرتان
فتح ضم
.1 : ‘ain
fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca dlomah pada fi’il mudlori’,
wazannya adalah فعل يفعل (bab satu)
Dan fi;il lazim ialah
kalimat yang tidak membutuhkan maf’ul bih.
Contoh : خرج زيد = Zaid
telah keluar
فتح كسر
.2 :
‘ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca kasroh pada fi’il
mudlori’, wazannya adalah فعل يفعل (bab dua)
Bab dua ini ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca fathah pada fi’il madzi dan dibaca kasroh pada fi’il
mudlori’nya. Dan wazannya adalah فعل يفعل . adapun lafadz-lafadz yang
masuk bab dua kebanyakan berupa fi’il mu’tadi.
Contoh : ضربت زيدا =
Saya memukul Zaid
فتحتا ن
.3 :
‘ain fi’il dibaca fathah pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’, wazannya
adalah فعل يفعل (bab tiga)
Bab tiga ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca fathah padafi’il madzi dan pada fi’il mudlori’. Wazannya
adalah فعل يفعل
Adapun lafadz-lafadzyang masuk pada bab tiga
kebanyakan berupa fi’il mu’tadi.
Contoh : فتح زيد الباب = Zaid
membuka pintu
Dan terkadang berupa fi’il lazim.
Contoh : البذرنبت = Tumbuh
itu benih
Lafadz-lafadz yang ikut bab
tiga diisyaratkan ‘ain fi’il atau lam fi’ilnya berupa huruf halaq yang
jumlahnya ada enam yaitu :
, عين, خاء, حاء, هاء, همزة غين[2]
Contoh : , يذهب, نشأ, ينشأ ذهب
كسر فتح
.4 :
‘ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan dibaca fathah pada fi’il
mudlori’, wazannya adalah فعل يفعل (bab empat)
Bab empat ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca kasroh pada fi’il madzi dan dibaca fathah pada fi’il
mudlori’.
Wazannya adalah فعل
يفعل
Lafadz-lafadz yang ikut bab empat kebanyakan
berupa fi’il muta’adi.
Contoh :علم زيد
المسألة = Zaid
mengetahui masalah
Dan terkadang berupa fi’il lazim, namun
sedikit.
Contoh : زيدوجل = Zaid merasa takut
Dan lafadz-lafadz yang ikut
bab empat ini banyak menunjukan arti penyakit, susah, gembira.
Contoh :
سقم = Sakit
مرض = Sakit
Dan juga menunjukkan arti
warna, ‘aib dan hiasan.
ضم ضم .5 : ‘ain fi’il
dibaca dlomah pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’. Wazannya adalah فعل يفعل (bab
lima)
Bab lima ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca dlomah pada fi’il madzi dan fi’il mudlori’. Wazannya
adalah : فعل يفعل
Adapun lafadz-lafadz yang
termasuk bab lima semuanya berupa fi’il lazim karena bab lima ini khusus
diikuti fi’il-fi’il yang menunjukkan arti watak atau tabi’at dan sifat-sifat
pembawaan yang melekat (tidak mudah luntur) seperti : pemberani, penakut,
bagus, jelek, kuning, hitam dan sebagainya. Sedangkan lafadz-lafadz yang
menunjukkan arti demikian ini tidak membutuhkan maf’ul (tidak berhubungan
dengan maf’ul) namun hanya membutuhkan / berhubungan dengan fa’il saja, maka
dari itu hukkumnya lazim yang akhirnya bab lima tidak ada isim maf’ul.
كسرتان
.6 :
‘ain fi’il dibaca kasroh pada fi’il madzi dan pada fi’il mudlori’. Wazannya
adalah فعل يفعل (bab enam)
Bab enam ditandai dengan
‘ain fi’il yang dibaca kasroh pada fi’il madzi dan fi’il mudlori’nya. Wazannya
adalah فعل يفعل
Adapun lafadz-lafadz yang
termasuk bab enam kebanyakan berupa fi’il muta’adi.
Contoh : حسب
زيدعمرواالفاضل = zaid
menyangka Amr orang yang utama
Dan terkadang berupa fi’il
lazim namun sedikit.
Contoh : ومق زيد = zaid
telah mabuk cinta[4]
b. Fi’il Ruba’i
Mujarrad
Pengertian
Fi’il Ruba’i Mujarrad ialah kalimah fi’il yang madzinya memuat 4 huruf asal dan
bebas dari huruf tambahan. Fi’il Ruba’i Mujarrad itu babnya hanya satu, yaitu
mengikuti wazan فَعْلَلَ seperti lafad دَخْرَجَ , karena Fi’il Ruba’i itu terlalu berat
disebabkan oleh hurufnya yang banyak, maka orang arab tidak mentasrif seperti
halnya fi’il tsulasi mujarrod dengan membaca fathah, kasroh dan dlomah pada
‘ain fi’ilnya, tetapi hanya membaca Fi’il Ruba’i Mujarrod dengan fathah.
Fi’il Ruba’i Mujarrad terdapat beberapa
bentuk, yaitu:
1. Fi’il
Ruba’i Mujarrad berbentuk muta’adi. Contoh: دَخْرَجَ
زَيْدٌ الْحَجَرَ
(Zaed mengglindingkan batu)
2. Fi’il
Ruba’i Mujarrad berbentuk lazim. Contoh: دَرْبَجَ
زَيْدٌ (Zaed lari
ketakutan)
3. Fi’il
Ruba’i Mujarrad berbentuk manhut, yaitu: Fi’il Ruba’i yang dipetik dari susunan
dua kata atau lebih dengan cara meringkas untuk menunjukkan hikayah ucapan pada
susunan tersebut dan hal ini oleh ahli sorof dinamakan “manhut”. Contoh: بَسْمَلَ
artinya mengucapkan بِسْمِ الله , حَسْبَلَ artinya mengucapkan حَسْبِى اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ.
Fi’il Ruba’i manhut ini
hukumnya khilaf diantara ulama’ shorof, menurut jumhur ulama’ hukumnya tidak
qiyasi dan menurut muhaqqiqin hukumnya qiyasi. Maka menurut muhaqqiqin setiap
susunan yang memungkinkan diringkas menjadi satu kalimah boleh dilakukan
manhut, dalam hal ini tidak disyaratkan mengambil kalimah dengan sempurna atau
mangambil sebagian dari tiap-tiap kalimah yang ada akan tetapi yang penting
menjaga tertibnya huruf. Contoh selain diatas: حَمْدَلَ dipetik dari اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَلَمِيْنَ, سَبْحَلَ
dipetik dari سُبْحَانَ اللهُ , سَمْعَلَ dipetik dari اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ, طَلْبَقَ dipetik dari اَطَالَ اللهُ بَقَاكَ .
C. Fi’il Ruba’i Mulhaq
Fi’il Ruba’i Mulhaq ialah kalimah yang fi’il madzinya terdiri dari empat
huruf, yang tiga berupa huruf asal dan yang satu berupa huruf tambahan sebagai
ilhaq.
Ilhaq ialah menjadikan
kalimat dengan menambahkan huruf agar sama dengan kalimat lain dalam bilangan
huruf, jenis harokat dan sukunnya serta sama dalam tasrifnya, seperti lafadz: قَلْنَسَ
dan جَهْوَرَ asalnya قَلَسَ dan جَهَرَ kemudian ditambahkan huruf wawu dan nun
karena disamakan dengan دَخْرَجَ dengan tujuan agar tasrif dan lafadznya
sama.
Fi’il Ruba’i Mulhaq menurut
ulama’ basrah jumlahnya ada 6 bab, yaitu: فَعْلَلَ،
فَوْعَلَ، فَيْعَلَ، فَعْوَلَ، فَعْيَلَ،
فَعْلَى
Dan menurut ulama’ kuffah
ada 8 bab dengan menambahkan 2 bab lagi, yaitu: فَلْفَلَ dan فَعْنَلَ. Didalam amtsilatut tasrhifiyah ruba’i mulhaq
ada 7 bab dengan menggugurkan bab فَلْفَلَ,
hal ini cocok dengan apa yang disebutkan oleh Al Fadlil Al Ashom dalam
kitab Mizanul adab, bahwa: ruba’i mulhaq ada 7 bab, diantaranya ialah:
فَعْلَلَ يُفَعْلِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan yang sejenis dengan lam
fi’ilnya. Wazannya adalahفَعْلَلَ يُفَعْلِلُ
فَعْلَلَةً .
Lafad-lafadnya berbebtuk muta’adi, contoh:جَلْبَبَ
زَيْدٌ الْمَالَ Zaed menarik/mengambil harta (muta’adi segi lafadz dan
ma’na), جَلْبَبَ زَيْدٌ Zaid memakai selimut
(muta’adi segi ma’na saja)
فَوْعَلَ يُفَوْعِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan wawu diantara fa’ dan
‘ain fi’il. Wazannya adalahفَوْعَلَ يُفَوْعِلُ
فَوْعَلَةً . Lafad-lafadnya
berbebtuk lazim, tidak ada yang muta’adi, contoh: حَوْقَلَ زَيْدٌ Zaed tidak kuat bersetubuh.
فَيْعَلَ يُفَيْعِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan ya’ diantara fa’ dan ‘ain
fi’il. Wazannya adalah فَيْعَلَ يُفَيْعِلُ فَيْعَلَةً . Lafad-lafadnya
berbebtuk muta’adi, contoh:بَيْطَرَ زَيْدٌ
الْقَلَمَ Zaed memotong belah ranting pohon.
فَعْوَلَ يُفَعْوِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan wawu diantara ‘ain dan
lam fi’il. Wazannya adalah فَعْوَلَ يُفَعْوِلُ فَعْوَلَةً . Lafad-lafadnya
berbebtuk muta’adi, contoh:جَهْوَرَ زَيْدٌ
الْقُرْاَنَ Zaed mengeraskan bacaan Al-Qur’an.
فَعْيَلَ يُفَعْيِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan ya’ diantara ‘ain dan lam
fi’il. Wazannya adalah فَعْيَلَ يُفَعْيِلُ فَعْيَلَةً . Lafad-lafadnya berbebtuk muta’adi, contoh:عَثْيَرَ زَيْدٌ Zaed
terpeleset kakinya.
فَعْلَى يُفَعْلِى
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan ya’ di akhirnya. Wazannya
adalah
فَعْلَى يُفَعْلِى فَعْلاَةً . Lafad-lafadnya berbebtuk muta’adi,
contoh:سَلْقَيْتُ زَيْداً Saya
menidurkan zaed dengan terlentang.
فَعْنَلَ يُفَعْنِلُ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madzi yang memuat 4 huruf dengan huruf tambahan nun diantara ‘ain dan lam
fi’il. Wazannya adalah فَعْنَلَ يُفَعْنِلُ فَعْنَلَةً . Lafad-lafadnya
berbebtuk muta’adi, contoh:قَلْنَسَ زَيْدٌ Zaed memakai kopyah.
Menurut ulama basroh bab ini
tidak termasuk rubai mulhaq tetapi rubai mujarrad, maka menurut pendapat ini
mulhaq hanya 6 bab dan menurut ulama kuffah digolongkan rubai mulhaq.
D. Fi’il Ruba’i Mazied
Fi’il Ruba’i Mazid ialah kalimah yang fi’il madzinya memuat huruf lebih dari
empat huruf, dengan rincian yang empat berupa huruf asal sedang yang lain
berupa huruf tambahaan.
Contoh:
1. Wazan تَفَعْلَلَ ditambah ta’,
seperti تَدَخْرَجَ (menjadi terguling), asalnya
دَخْرَجَ (tergulingkan).
2. Wazan اِفْعَنْلَلَ ditambah hamzah dan nun, seperti اِخْرَنْجَمَ (menjadi
berkumpul), asalnya خَرْجَمَ(mengumpulkan/berdesakan).
3. Wazan اِفْعَلَلَّ ditambah hamzah
dan takrar lam fi’il yang kedua, seperti اِقْشَعَرَّ (sangat mengerut), asalnya قَشْعَرَ (mengerut).
Secara garis besar fi’il ruba’i mazid dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Fi’il ruba’i mazid khumasi
Fi’il ruba’i mazid khumasi
ialah kalimah yang fi’il madlinya terdiri dari lima huruf, yang empat berupa
huruf asal dan yang satu berupa huruf tambahan.
Contoh: تَجَلْبَبَ
Adapun huruf tambahan yang
terdapat pada fi’il ruba’i mazid khumasi ini hanya ada satu, yaitu: ta’ yang
bertempat dipermulaan. Maka dari itu babnya ada satu, yaitu بَابَ التَّفَعْلَلَ
Dalam bab ini fi’il ruba’i
mujarod diikutkan wazan تَفَعْلَلَ dengan menambah huruf ta’ dipermulaan
mempunyai dua faidah, yaitu:
1. Menunjukkan arti muthawa’ah dari wazan فَعْلَلَ,
Contoh: دَخْرَجَتْ الحَجَرَ فَتَدَخْرَجَ Saya
mengglindingkan batu maka menggelindinglah batu itu.
2. Menunjukkan arti sama dengan arti
mujarrodnya, Contoh: تَلأْلأ الزُّجَاجَ Kaca itu mengkilat. Lafad تَلأْلأ
maknanya sama dengan maknanya lafadz لأْلأ (ruba’i
mujarrod)
Fi’il tsulatsi yang diilhaqkan (disamakan)
dengan تَدَخْرَجَ
Adapun fi’il tsulatsi ini
dapat disamakan (diilhaqkan) dengan lafad تَدَخْرَجَ dengan cara menambahkan dua huruf ta’ dan
huruf wawu / mim / ya’ / tadl’if. Ini mempunyai dua fa’idah, yaitu:
1. Menunjukkan
arti muthawa’ah dari lafadz yang ilhaq pada دَخْرَجَ, Contoh: جَلْبَبْتُ
زَيْدًا فَتَجَلْبَبَ Saya
pakaikan baju kurung pada zaed, maka zaed berbaju kurunglah dia.
2. Menunjukkan
faedah tasybih artinya fa’il menyerupai asal fi’il, Contoh: تَشَيْطَنَ عَمْرٌوUmar
berbuat seperti perbuatan syaetan.
Adapun fi’il tsulatsi mulhaq dengan تَدَخْرَجَ
jumlahnya ada 7 bab, yaitu:
تَفَعْلَى تَفَعْيَلَ
تَفَعْوَلَ تَفَيْعَلَ تَمَفْعَلَ تَفَعْوَلَ تَفَعْلَلَ
تَفَعْلَلَ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madli yang memuat lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan
huruf yang sejenis dengan lam fi’il akhirnya.
Contoh: جَلْبَبْتُ
زَيْدًا فَتَجَلْبَبَ Aku
pakaikan baju pada zaed, maka berbajulah dia.
تَفَوْعَلَ
Bab ini ditandai dengan fi’il madli yang memuat
lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan huruf wawu diantara fa’
dan ‘ain fi’il.
Contoh: جَوْرَبُتُ
زَيْدًا فَتَجَوْرَبَ Aku
pakaikan kaos kaki pada zaed, maka berkaos kakilah dia.
تَمَفْعَلَ
Bab ini ditandai dengan fi’il madli yang memuat
lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan huruf mim dipermulaan
fi’il.
Contoh: تَمَسْكَنَ
زَيْدٌ Zaed menjadi
miskin.
تَفَيْعَلَ
Bab ini ditandai dengan fi’il madli yang memuat
lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan huruf ya’ diantara fa’
dan ‘ain fi’il.
Contoh: تَشَيْطَنَ
زَيْدٌ Zaed melakukan perbuatan yang dimakruhkan
تَفَعْوَلَ
Bab ini ditandai dengan fi’il madli yang memuat
lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan huruf wawu diantara
‘ain dan lam fi’il.
Contoh: تَرَهْوَكَ زَيْدٌ Zaed berjalan dengan
sombong
تَفَعْيَلَ
Bab ini ditandai dengan
fi’il madli yang memuat lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan
huruf ya’ diantara ‘ain dan lam fi’il.
Contoh: تَشَريَفَ
memetik
تَفَعْلَى
Bab ini ditandai dengan
fi’il madli yang memuat lima huruf dengan menambahkan huruf ta’ dipermulaan dan
huruf ya’ diakhirnya.
Contoh: سَلْقَيْتُهُ
فَتَسَلْقَى Saya menidurkan dengan terlentang, maka
tidurlah ia dengan terlentang.
b. Fi’il ruba’i mazid sudasi
Fi’il ruba’i mazid sudasi
ialah kalimah yang fi’il madlinya memuat enam huruf, yang empat berupa huruf
asal dan yang dua berupa huruf tambahan.
Contoh: اِخْرَنْجَمَ dinamakan sudasi
karena jumlah hurufnya ada enam.
Adapun huruf tambahan pada bab ini ada 2, maka
babnya juga ada 2,yaitu:
1. Hamzah washol yang ada dipermulaan dan huruf nun setelah
‘ain fi’il (
اِفْعَنْلَلَ )
2. Hamzah washol beserta tadl’if lam fi’ilnya ( اِفْعَلَلَّ )
اِفْعَنْلَلَ
Fi’il rubai mujarrad
dipindah ikut wazan اِفْعَنْلَلَ dengan menambahkan hamzah washol
dipermulaan dan huruf nun setelah ‘ain fi’il, mempunyai faidah: muthawa’ah dari
wazan فَعْلَلَ (ruba’i mulhaq).
Contoh: خَرْجَمْتُ
الاِبِلَ فَاخْرَنْجَمَ
Saya mengumpulkan unta maka berkumpulah unta itu.
Fi’il Tsulatsi Mujarrad yang
diilhaqkan (disamakan) pada اِخْرَنْجَمَ
Adapun fi’il tsulatsi mujarod yang disamakan
(diilhaqkan) dengan lafad اِخْرَنْجَمَ (ruba’i mazid sudasi) ini mempunyai dua
bab, yaitu: اِفْعَنْلَلَاِفْعَنْلَى
اِفْعَنْلَلَ
Fi’il tsulatsi diilhaqkan
(disamakan) pada اِخْرَنْجَمَ dengan menambahkan huruf hamzah washol dan
huruf nun setelah ‘ain fi’il serta tadl’if lam fi’ilnya, mempunyai faedah
mutowa’ah dari fi’il lazim.
Contoh: زَيْدٌاِقْعَنْسَسَZaed
sangat mengedek (ngedet : jawa)
Dalam kitab Talhis
diterangkan bahwa bab ini disamping berfaedah mutowa’ah juga berfaedah
mubalaghoh. Lafadz اِقْعَنْسَسَ dengan ziadah
hamzah dan nun berfaedah mutowa’ah dan mubalaghoh sebagaimana dalam اِخْرَنْجَمَ
, sedangkan tadl’if berfaedah ilhaq.
اِفْعَنْلَى
Fi’il tsulatsi diilhaqkan
(disamakan) pada اِخْرَنْجَمَ dengan menambahkan huruf hamzah washol
dipermulaan, huruf nun setelah ‘ain fi’il dan huruf ya’ diakhir kalimah,
mempunyai faedah mutowa’ah dari fi’il lazim (فَعْلَى)
Contoh: اِسْلَنْقَى زَيْدٌ Zaed tidur
dengan terlentang.
Lafadz اِسْلَنْقَى dengan
ziadah hamzah dan nun berfaedah mutowa’ah, sedangkan ya’ berfaedah ilhaq.
اِفْعَلَلَّ
Fi’il rubai mujarrod
dipindah ikut wazan اِفْعَلَلَّ dengan menambahkan hamzah washol
dipermulaan dan tadl’if lam fi’ilnya, mempunyai faidah: memubalaghahkan makna
fi’il lazim.
Contoh: اِقْشَعَرَّ
الْجِلْدُ Kulit itu sangat
mengerut.
A. Isim mufrod
Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang satu atau kata tunggal
Contoh :
مُؤْمِنٌ (mu’minun) = seorang lmukmin
مُؤْمِنَةٌ(mu’minatun) = seorang mukminah
B. Mutsanna
Adalah isim yang menunjukkan bilangan dua atau dobel.
Contoh :
مُؤْْمِنَانِ/ مُؤْْمِنَيْنِ (mu’minaani/mu’minaini) =
dua orang mukmin
مُؤْمِنَتَانِ/ مُؤْمِنَتَيْن (mu’minataani/mu’minataini) =dua orang
mukminah
Dari contoh di atas, untuk mengubah isim mufrod menjadi
isim mutsanna adalah dengan cara menambahkan huruf ا + ن (alif dan nun) atau ي
+ ن (ya dan nun).
(mu’minaani) مُؤْمِنٌ + ا + ن = مُؤْْمِنَانِ
(mu’minataani) مُؤْمِنَةٌ + ا + ن = مُؤْمِنَتَان
(mu’minaini) مُؤْمِنٌ + ي + ن = مُؤْْمِنَيْنِ
(mu’minataini) مُؤْمِنَةٌ + ي + ن = مُؤْمِنَتَيْن
Jamak terbagi menjadi tiga, ada yang disebut dengan jamak mudzakkar salim, C.
Jamak
Adalah isim yang menunjukkan bilangan lebih dari 2 atau banyak.
jamak muannats salim dan jamak taksir.
- Jamak mudzakkar salim
Jamak yang menunjukkan laki-laki yang dibuat dengan cara menambahkan huruf و
(wau) + ن (nun) atau ي (ya) + ن (nun) pada isim mufrodnya.
Contoh:
كَافِرٌ (kaafirun) menjadi كَافِرُوْنَ/كَافِرِيْنَ (kaafiruuna/kaafiriina)
=orang-orang kafir
- Jamak muannats salim
Jamak yang menunjukkan perempuan yang dibuat dengan cara menambahkan huruf ا
(alif) + ت (ta) pada akhir isim mufrodnya.
Contoh :
مُدَرِّسَةٌ (mudarrisatun) menjadi مَدَرِّسَاتٌ (mudarrisaatun) = guru-guru
perempuan
- Jamak taksir
Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya. Dalam jamak ini, tidak ada kaidah
untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar atau muannats salim.
Sehingga untuk mengetahuinya dengan menggunakan kamus atau banyaknya membaca
dan menelaah kitab.
Contoh :
قَلْبٌ (qolbun) menjadi قُلُُوْبٌ (quluubun) = hati
رَسُوْلٌ (rosuulun) menjadi رُسُلٌ (rusulun) = rosul
عَالِمٌ (‘aalimun) menjadi عُلَمَاءُ (‘ulamaa u) = orang yang berilmu
Catatan:
Suatu isim mufrod hanya mempunyai salah satu bentuk jamak, entah itu jamak
mudzakkar saja, jamak muannats saja atau jamak taksir saja, dan sangat jarang
ditemukan suatu isim mufrod yang mempunyai dua bentuk jamak, walaupun ada isim
mufrod yang mempunyai dua isim jamak sekaligus, seperti kata ناصر (naashirun)=orang
yang menolong.
ناصر (naashirun) menjadi ناصرون (naashiruuna) = jamak mudzakkar salim
ناصر (naashirun) menjad أنصار (anshoorun) = jamak taksir
BAB IV
FI’IL MA’ANI FI'IL
MA'LUM - FI'IL MAJHU
Bentuk
dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada
yang disebut dengan huruf ma’ani.
1. Huruf mabani (حَرْفُ مَبَانِي)
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ا و ي , karena ketiga huruf tersebut
dikatakan sebagai huruf ilat (حَرْفُ العِلَّةِ) atau huruf penyakit.
2. Huruf ma’ani (حَرْفُ مَعَانِي)
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
اَوْ atau
وَ dan
ثُمََّ kemudian
اِذَا ketika
لِ milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (حرف جَارٍ) yang telah kita bahas pada pelajaran kedua.
b. Huruf qosam (حرف قسم) atau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga,
yakni و ت ب
Contoh :
وَاللهِ – بِاللهِ – تَاللهِ
(demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ت hanya boleh digunakan untuk
sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk
selain nama Allah ta’ala.
c. Huruf athof (حرف العطف)
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.
Contoh :
و (dan) misal جَاءَ مُحَُّمَدٌ وَ حَسَنَ (Muhammad dan Hasan
datang)
او (atau) misal ضَرَبَ حَسَنٌ كلَْبًا اَوْ قِطًا (Hasan memukul
anjing atau kucing)
ثم (kemudian) misal مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ (atas kehendak
Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang
berbeda-beda sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و ,
disisi lain ia bisa sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf
qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.
Isim dhomir (اسم ضمير)
Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
Namun,
jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti
dibawah ini :
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتاَبِي Kitabku
كِتَابِنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah
jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang
banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي دِيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan
kalimat
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي دِيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu
Ø
FI'IL MA'LUM - FI'IL MAJHUL
Dalam tata bahasa Indonesia, dikenal istilah Kata Kerja
Aktif dan Kata Kerja Pasif. Perhatikan contoh berikut ini:
Abubakar membuka pintu. --> kata
"membuka" disebut Kata Kerja Aktif.
Pintu dibuka oleh Abubakar. --> kata "dibuka"
disebut Kata Kerja Pasif.
Dalam tata bahasa Arab, dikenal pula istilah Fi'il
Ma'lum dan Fi'il Majhul yang fungsinya mirip dengan Kata Kerja Aktif dan Kata
Kerja Pasif.
Perhatikan contoh kalimat di bawah ini:
ضَرَبَ عُمَرُ
|
ضُرِبَ عُمَرُ
|
(= Umar memukul)
|
(= Umar dipukul)
|
Fi'il ضَرَبَ (=memukul) adalah Fi'il Ma'lum (Kata Kerja
Aktif). Fa'il atau Pelakunya adalah
Umar bersifat aktif (melakukan pekerjaan yakni memukul).
Fi'il ضُرِبَ (=dipukul) adalah Fi'il Majhul (Kata Kerja
Pasif). Fa'il atau Pelakunya tidak diketahui (tidak disebutkan). Untuk
itu, dalam Fi'il Majhul, dikenal istilah Naib al-Fa'il ( نَائِبُ الْفَاعِل ) atau
Pengganti Fa'il (Pelaku). Dalam contoh di atas, Umar adalah Naib
al-Fa'il (pengganti Pelaku).
Fi'il
Majhul dibentuk dari Fi'il Ma'lum dengan perubahan sebagai
berikut:
a) Huruf pertamanya menjadi berbaris Dhammah
b) Huruf sebelum huruf terakhirnya menjadi berbaris Kasrah untuk Fi'il
Madhy dan menjadi berbaris Fathah untuk Fi'il Mudhari'.
Fi'il Madhy
|
Fi'il Mudhari'
|
Fi'il Ma'lum
|
Fi'il Majhul
|
Fi'il Ma'lum
|
Fi'il Majhul
|
فَعَلَ
|
فُعِلَ
|
يَفْعَلُ
|
يُفْعَلُ
|
Contoh-contoh
dalam kalimat:
Fi'il
Madhy أَمَرَ (=memerintah)
menjadi Fi'il Majhul أُمِرَ (=diperintah):
أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللهَ
|
= aku
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْنَا أَنْ نَعْبُدَ اللهَ
|
= kami
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
|
=
engkau (lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتِ أَنْ تَعْبُدِي اللهَ
|
=
engkau (pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُمَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ
|
= kamu
berdua diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللهَ
|
= kalian
(lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْتُنَّ أَنْ تَعْبُدْنَ اللهَ
|
= kalian
(pr) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَ أَنْ يَعْبُدَ اللهَ
|
= dia (lk)
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَتْ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ
|
= dia (pr)
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَا أَنْ يَعْبُدَا اللهَ
|
= mereka (2
lk) diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرَتَا أَنْ تَعْبُدَا اللهَ
|
= mereka (2 pr)
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرُوْا أَنْ يَعْبُدُوا اللهَ
|
= mereka (lk)
diperintah agar menyembah Allah
|
أُمِرْنَ أَنْ يَعْبُدْنَ اللهَ
|
= mereka (pr)
diperintah agar menyembah Allah
|
Fi'il Mudhari' يَعْرِفُ (=mengenal) menjadi Fi'il Majhul يُعْرَفُ (=dikenal):
أُعْرَفُ بِكَلاَمِيْ
|
= aku
dikenal dari bicaraku
|
نُعْرَفُ بِكَلاَمِنَا
|
= kami
dikenal dari bicara kami
|
تُعْرَفُ بِكَلاَمِكَ
|
=
engkau (lk) dikenal dari bicaramu
|
تُعْرَفِيْنَ بِكَلاَمِكِ
|
=
engkau (pr) dikenal dari bicaramu
|
تُعْرَفَانِ بِكَلاَمِكُمَا
|
= kamu
berdua dikenal dari bicara kamu berdua
|
تُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِكُمْ
|
= kalian
(lk) dikenal dari bicara kalian
|
تُعْرَفْنَ بِكَلاَمِكُنَّ
|
= kalian
(pr) dikenal dari bicara kalian
|
يُعْرَفُ بِكَلاَمِهِ
|
= dia (lk) dikenal
dari bicaranya
|
تُعْرَفُ بِكَلاَمِهَا
|
= dia (pr) dikenal
dari bicaranya
|
يُعْرَفَانِ بِكَلاَمِهِمَا
|
= mereka (2
lk) dikenal dari bicara mereka
|
يُعْرَفُوْنَ بِكَلاَمِهِمْ
|
= mereka (lk) dikenal
dari bicara mereka
|
يُعْرَفْنَ بِكَلاَمِهِنَّ
|
= mereka (pr) dikenal
dari bicara mereka
|
Carilah
contoh-contoh Fi'il Majhul dalam ayat-ayat al-Quran dan al-Hadits!
Isim Fa’il, Isim Maf’ul
dan Sifat Musyabbahah » Alfiyah Bait 457-462
–·•Ο•·–
أبْنِيَةُ
أسْمَاءِ الْفَاعِلِينَ والْمَفعُولِينَ وَالصَّفاتِ المُشَبَّهةِ بِهَا
Bentuk-bentuk Isim Fa’il,
Isim Maf’ul dan Sifat Musyabbahah
كَفَاعِلٍ
صُغ اسْمَ فَاعِلٍ إذَا ¤ مِنْ ذِي ثَلَاثَةٍ يَكُونُ
كَغَذَا
Bentuklah Isim Fa’il seperti wazan FAA’ILUN, apabila
berupa Fi’il Tsulatsi. Contoh: GHODZAA (bentuk Isim Fa’ilnya GHOODIN asalnya
GHOODIWUN)
وَهُوَ
قَلِيلٌ فِي فَعُلْتُ وَفَعِلْ ¤ غَيْرَ
مُعَدَّى بَلْ قِيَاسُهُ فَعِلْ
Isim Fa’il wazan FAA’ILUN tersebut jarang digunakan pada
Fi’il wazan FA’ULA (dhommah’ain fiilnya) dan Fi’il wazan FA’ILA (karoh ‘ain
fiilnya) yang tidak Muta’addi, bahkan qias Isim Fa’ilnya berwazan FA’ILUN,
<lanjut ke bait berikutnya).
وَأفْعَلٌ
فَعْلَانُ نَحْوُ أشِرِ ¤ وَنَحْوُ صَدْيَانَ
وَنَحْوُ الأَجْهَرِ
atau wazan AF’ALUN atau wazan FA’LAANU. Contoh: ASYIRUN,
SHODYAANU dan AJHARU.
وَفَعْلٌ
أوْلَى وَفَعِيلٌ بِفَعُلْ ¤ كَالضَّخْمِ
وَالْجَمِيل وَالْفِعْلُ جَمُلْ
Isim Fa’il wazan FA’LUN dan FA’IILUN lebih utama untuk
Fi’il wazan FA’ULA (dhommah ‘ain fi’ilnya). Contohnya DHOHMUN dan JAMIILUN
Fi’ilnya berlafazh JAMULA
وَأفعَلٌ
فِيهِ قَلِيلٌ وَفَعَلْ ¤ وَبِسِوَى الْفَاعِلِ قَدْ
يَغْنَى فَعَلْ
Adapun Isim Fa’il berwazan AF’ALUN dan FA’LUN pada Fi’il
FA’ULA (dhommah ‘ain fi’ilnya) adalah jarang. Selanjutnya Fi’il wazan FA’ALA
(fathah ‘ain fi’ilnya) terkadang cukup dengan bentuk Isim Fa’il selain wazan
FAA’ILUN.
–·•Ο•·–
|
Bab ini disimpulkan oleh Mushannif untuk menerangkan
tentang wazan-wazan Isim Fa’il, Isim Maf’ul, juga Shifat Mushabbahah.
Abniyatu Asmaa’il Faa’iliina, menggunkan bentuk jamak mudzakkar salim
(Faa’iliina) dimaksudkan adalah bentuk Isim subjek/pelaku yang didominasi oleh
subjek berakal. Ash-shifaatil-Mushabbahati Bihaa, athaf kepada lafazh Asmaa’i,
secara ringkas dapat diartikan bentuk sifat yang diserupakan Isim Fa’il dan
Isim Maf’ul. Akan tetapi dijelaskan nanti pada Bab berikutnya yaitu Bab
As-shifatul-Musyabbahatu bi Ismil-Faa’il. Dengan demikian dhamir “Bihaa” pada
Bab ini menunjukkan bahwa Marji’nya hanya kepada Asmaa’il Faai’liina saja.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Fi’il terbagi dua:
1. Fi’il Tsulatsi
2. Fi’il Ghair Tsulatsi
Disebutkan juga bahwa Fi’il Tsulatsi terdapat tiga wazan:
1. FA’ALA, Fathah ‘Ain Fi’ilnya, Muta’addi atau Lazim
2. FA’ILA, Kasroh ‘Ain Fi’ilnya, Muta’addi atau Lazim
3. FA’ULA, Dhommah ‘Ain, Lazim.
oOo
Berikut adalah Wazan-Wazan Isim Fa’il dan Sifat
Mushabbahah:
1. Fi’il berwazan FA’ALA maka Isim Fa’ilnya ikut wazan
FAA’ILUN, baik Muta’addi atau Lazim.
Contoh yang Muta’addi:
ضرب – ضارب. أخذ – آخذ
DHARABA-DHAARIBUN = Yang Memukul
AKHADZA-AAKHIDUN = Yang Mengambil
Contoh yang Lazim:
جلس – جالس. خرج – خارج
JALASA-JAALISUN = Yang Duduk
KHARAJA-KHAARIJUN = Yang Keluar
oOo
2. Fi’il berwazan FA’ILA maka Isim Fa’ilnya :
a. ikut wazan FAA’ILUN apabila Muta’addi. Contoh :
ركب – راكب. شرب – شارب
RAKIBA-RAAKIBUN =
Yang Menunggang
SYARIBA-SYAARIBUN = Yang Meminum
b. Juga ikut wazan FAA’ILUN apabila Lazim tapi jarang.
Contoh:
سلم – سالم. عقرت -عاقر
SALIMA-SAALIMUN = Yang Selamat/Sentosa
‘AQIRAT-‘AAQIRUN = Yang Mandul
d. apabila Lazim paling banyak ikut wazan:
1. FA’ILUN (lk) FA’ILATUN (pr). biasanya menunjukkan
tentang makna penyakit-penyakit jasmani atau tabiat atau sifat-sifat batin
semisal kebahagiaan, kesedihan, kebaikan dll. Contoh:
فطِنَ – فَطِنٌ
FATHINA -FATHINUN = yang cerdas
فرح – فرِحٌ
FARIHA-FARIHUN = yang gembira
بَطِر – بَطِرٌ
BATHIRA-BATHIRUN = yang angkuh/tidak mensyukuri Nikmat.
وحَذِرَ – حَذِرٌ
HADZIRA-HADZRUN = yang berhati-hati/waspada
وتَعِب – تعب
TA’ABA-TA’IBUN = yang payah/cape‘
2. AF’ALA (lk) FA’LAA’A (pr). biasanya
menunjukkan tentang makna keadaan bentuk corak atau warna atau cacat. Contoh:
حَمِر فهو أحمر
HAMIRA-AHMARA = yang merah
عرج فهو أعرج
‘ARIJA-A’RAJA = yang pincang
عور فهو أعور
‘AWIRA-A’WARA = yang jahat/tidak baik
كحل فهو أكحل
KAHILA-AKHALA = yang hitam
oOo
3. Fi’il berwazan FA’ULA maka Isim Fa’ilnya :
a. juga ikut wazan FAA’ILUN tapi jarang. Contoh :
طهُر فهو طاهر
THAHURA-THAAHIRUN = yang bersih/suci
حمُضَ فهو حامض
HAMUDHA-HAAMIDHUN = yang masam
b. Yang banyak ikut wazan :
1. FA’LUN, contoh:
ضحُم – ضخْم
DHAKHUMA-DHAKHMUN = Yang Gemuk
شهُم – شهْم
SYAHUMA-SYAHMUN = yang tangkas/cekatan
صَعُب فهو صَعْب
SHA’UBA-SHA’BUN = yang sulit
2. FA’IILUN, contoh:
شرُف فهو شريف
SYARUFA – SYARIIFUN = yang mulia
نبل فهو نبيل
NABULA – NABIILUN = yang mulia
وقبُح فهو قبيح
QABUHA – QABIIHUN = yang jelek/tidak baik
c. sedikit ikut wazan :
1. AF’ALA, contoh:
خظب فهو أخظب
KHATZABA-AKHTHABA = yang merah kehitaman
2. FA’ALA, contoh:
حَسُن فهو حَسنٌ
HASUNA – HASANUN = yang bagus
وبَطُل فهو بطلٌ
BATHULA – BATHALUN = yang juara/pahlawan
o0o
Kadang-kadang ada Fi’il Ttsulatsi wazan FA’ALA (fathah ‘ain
fi’ilnya) tercukupi tanpa mengikuti wazan Isim Fa’il FAA’ILUN, seperti contoh:
طاب فهو طيب
THAABA – THAYYIBUN = yang baik
شاخ فهو شيخ
SYAAKHA – SYAIKHUN = yang tua
شاب فهو أشيب
SYAABA – ASY-YABU = yang muda
oOo
Kemudian disebutkan oleh mushannif pada Bait diatas (lihat
bait ke 458 dan 459). Dapat difahami bahwa Isim Fa’il wazan FAA’ILUN jarang
digunakan untuk kedua Fi’il wazan FA’ULA dan juga FA’ILA, yakni bentuk wazan
Isim Fa’il FAA’ILUN banyak digunakan pada selain kedua wazan fi’il FA’ULA dan
FA’ILA. Selanjutnya dijelaskan bahwa bentuk Isim Fa’il dari keduanya berwazan
FA’ALA, AF’ALA dan FA’LAANA. Dan dicontohkan dalam Bait oleh Mushannif dengan
contoh sbb:
أشِرَ – أشِرٌ
ASYIRA – ASYIRUN = yang angkuh/tidak menyukuri Nikmat.
صَدِيَ – صديان
SYADIYA – SHADYAANU = yang kehausan
جَهِر – أجهر
JAHIRA – AJHARU = yang tak dapat melihat di siang hari
Tanda I'rob Kalimat Fi'il Mu'tal
وَأَيُّ فِعْــلٍ آخِرٌ
مِنْهُ أَلِفْ ¤ أوْ وَاوٌ أوْ يَاءٌ فَمُعْتَلاًّ عُرِفْ
Setiap Kalimah Fi’il yang akhirnya huruf illat Alif , Wau
atau Ya’, maka dinamakan Fi’il Mu’tal.
فَالأَلِفَ انْوِ فِيْهِ
غَيْرَ الْجَزْمِ ¤ وَأَبْـــدِ نَصْبَ مَا كَيَدْعُو يَرْمِي
Kira-kirakanlah! I’rab untuk Kalimah Fi’il yang berakhiran
Alif pada selain Jazmnya. Dan Zhohirkanlah! tanda nashab untuk Kalimah Fi’il
yang seperti يَدْعُو (Berakhiran huruf Wau) dan يَرْمِي (Berakhiran huruf Ya’)…
والرَّفعَ فِيْهِمَا انْوِ
وَاحْذِفْ جَازِمَا ¤ ثَــلاَثَـــهُنَّ تَقـْـــضِ حُكمَــا لازِمَــــا
dan kira-kirakanlah! tanda Rofa’ untuk kedua lafadz
(يَدْعُو dan يَرْمِي ). Buanglah (huruf-huruf
illat itu) dimana engkau sebagai orang yang menjazmkan ketiga Kalimah Fi’il
Mu’tal tsb, maka berarti engkau memutuskan dengan Hukum yang pasti.
Disebutkan
dalam bait-bait ini tentang kalimah yang mu’tal bagian kedua. Yaitu kalimah
Mu’tal untuk kata kerja/kalimah Fi’il. Adalah pembahasan terakhir dari kitab
Alfiyah Bab Mu’rab dan Mabni. Merupakan bagian ketujuh dari tanda-tanda irab
niyabah atau irab pengganti asal.
Pengertian kalimah Fi’il Mu’tal adalah: setiap kalimah Fi’il yang
berakhiran huruf wau setelah harakat dhammah, atau berakhiran huruf ya’ setelah
harakat kasrah, atau berakhiran alif setelah harakat fathah. Maksud
dari kalimah Fi’il dalam hal ini adalah Fi’il Mudhari’. Sebab asal pembahasan
mengenai kalimah Mu’rab.
Tanda I’rab Fi’il Mu’tal:
(1). Mu’tal Alif:
Rafa‘ dengan Dhammah yang dikira-kira atas alif,
dicegah i’rab zhahirnya karena udzur, contoh:
الْمُتَّقِيْ يَخْشَى
رَبَّهُ
Orang
yang bertaqwa adalah dia yang takut kepada Tuhannya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ
مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.
Nashab dengan fathah yang
dikira-kira atas alif. contoh:
لَنْ يَرْضَى الْعَاقِلُ
بِاْلأَذَى
seorang
yang berakal tidak akan rela disakiti.
وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ
يُلْقََى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إلاَّ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
Dan
kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia
(diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu
Jazm dengan membuang huruf
Illah Alif, dan harakat Fathah adalah sebagai buktinya. contoh:
الْعَاصِيْ لَمْ يَخْشَ
رَبَّهُ
Orang
yang suka maksiat adalah dia yang tidak takut kepada Tuhannya.
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ
اللهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
°
(2).
Mu’tal Wau:
Rafa‘ dengan dikira-kira atas wau, dicegah i’rab
zhahirnya karena berat. contoh:
الْمُوَحِّدُ لاَ يَدْعُوْ
إلاَّ اللهَ
Seorang
yang meyakini keesaan Allah, dia tidak menyeru kecuali kepada-Nya.
هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ
نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ
Di
tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang
telah dikerjakannya dahulu
Nashab dengan harakat Fathah
zhahir atas wau, karena paling ringnnya harakat. contoh:
لَنْ يَسْمُوَ أَحَدٌ
إلاَّ بِأَدَبِهِ
seseorang
tidak akan dipandang kecuali dengan budi perkertinya.
لَنْ نَدْعُوَ مِنْ
دُونِهِ إِلَهًا
kami
sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia
Jazm
dengan membuang huruf Illah Wau,
dan harakat Dammah adalah sebagai buktinya. contoh:
لا تَدعُ على أولادك
Jangan..
berdo’a jelek untuk anak-anakmu…!
فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ
Maka
biarlah dia memanggil golongannya.
°
(3).
Mu’tal Ya’:
Rafa‘ dengan Dhammah yang dikira-kira atas Ya’, dicegah
i’rab zhahirnya karena berat, contoh:
أَنْتَ تُرَبِّيْ
أَوْلاَدَكَ عَلَى الْفَضِيْلَةِ
Kamu
didik anak-anakmu dengan kemulyaan.
لاَ إِلَهَ إلاَّ هُوَ
يُحْيِِيْ وَيُمِيْتُ
Tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang
mematikan.
Nashab dengan harakat
Fathah Zhahir atas Ya’, karena merupakan peling ringannya harakat. contoh:
لَنْ تُعْطِيَ الْفَقِيْرَ
شَيْئاً إلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهِ
Jangan
berikan sesuatupun kepada orang faqir kecuali engkau diganjar untuk itu.
قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا
أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى
(Setelah
mereka berkumpul) mereka berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
Jazm
dengan membuang huruf Illah
berupa Ya’, dan harakat Kasrah merupakan buktinya. contoh:
لاَ تُؤْذِ جَارَكَ
بِقُتَارِ قِدْرِكَ
Jangan
sakiti hati tetanggamu dengan bau asap periukmu…!
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ
الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya
Ø
FI'IL AMAR (Kata
Kerja Perintah)
Fi'il
Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang
dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar
dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata
Kerja Perintah) adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau
"orang kedua" sebagai orang yang diperintah
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari:
أَنْتُنَّ - أَنْتُمْ - أَنْتُمَا - أَنْتِ - أَنْتَ .
Fa'il
|
Fi'il
Amar
|
Tarjamah
|
أَنْتَ
|
اِفْعَلْ
|
=
(engkau -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتِ
|
اِفْعَلِيْ
|
=
(engkau -pr) kerjakanlah!
|
أَنْتُمَا
|
اِفْعَلاَ
|
= (kamu
berdua) kerjakanlah!
|
أَنْتُمْ
|
اِفْعَلُوْا
|
=
(kalian -lk) kerjakanlah!
|
أَنْتُنَّ
|
اِفْعَلْنَ
|
=
(kalian -pr) kerjakanlah!
|
Contoh dalam kalimat: dari fi'il عَمِلَ (= beramal,
bekerja) menjadi Fi'il Amar:
اِعْمَلْ لآِخِرَتِكَ
|
= bekerjalah
untuk akhiratmu (lk)
|
اِعْمَلِيْ لآِخِرَتِكِ
|
= bekerjalah
untuk akhiratmu (pr)
|
اِعْمَلاَ لآِخِرَتِكُمَا
|
= bekerjalah
untuk akhirat kamu berdua
|
اِعْمَلُوْا لآِخِرَتِكُمْ
|
= bekerjalah
untuk akhirat kalian (lk)
|
اِعْمَلْنَ لآِخِرَتِكُنَّ
|
= bekerjalah
untuk akhirat kalian (pr)
|
Dari fi'il أَقَامَ (=mendirikan)
menjadi Fi'il Amar:
أَقِمْ صَلاَتَكَ
|
=
dirikanlah shalatmu (lk)
|
أَقِمِيْ صَلاَتَكِ
|
=
dirikanlah shalatmu (pr)
|
أَقِمَا صَلاَتَكُمَا
|
=
dirikanlah shalat kamu berdua
|
أَقِيْمُوْا صَلاَتَكُمْ
|
=
dirikanlah shalat kalian (lk)
|
أَقِمْنَ صَلاَتَكُنَّ
|
=
dirikanlah shalat kalian (pr)
|
Dari
fi'il كَبَّرَ (=membesarkan)
menjadi Fi'il Amar:
كَبِّرْ رَبَّكَ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (lk)
|
كَبِّرِيْ رَبَّكِ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu (pr)
|
كَبِّرَا رَبَّكُمَا
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kamu berdua
|
كَبِّرُوْا رَبَّكُمْ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (lk)
|
كَبِّرْنَ رَبَّكُنَّ
|
=
besarkanlah (agungkanlah) Tuhan kalian (pr)
|
Sebagai catatan, bila huruf akhir yang sukun dari sebuah Fi'il bertemu dengan
awalan Alif-Lam dari sebuah Isim Ma'rifah, maka baris sukun dari huruf akhir
fi'il tersebut berubah menjadi baris kasrah. Contoh:
الصَّلاَةَ
|
+
|
أَقِمْ
|
=
|
أَقِمِ
الصَّلاَةَ
|
|
(=shalat)
|
|
(=dirikanlah)
|
|
(=dirikanlah shalat)
|
|
Jamid dan Mutasharrif
Kata kerja/ kalimah fi’il (الفعل) terbagi menjadi:
- Fi’il Jamid (الفعل الجامد)
- Fi’il Mutasharrif (الفعل المتصرف).
الفِعْلُ الْجَامِدُ
Fi’il
Jamid (statis)
Fi’il Jamid Adalah Kalimah Fi’il yang hanya mempunyai satu
bentuk Shighah. Baik hanya berbentuk Fi’il Madhi saja. atau hanya berbentuk
Fi’il Amar saja. Atau ada hanya berbentuk Fi’il Mudhari’ saja tapi
jarang.
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Madhi
saja:
FI’IL MADHI JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
عَسَى
|
Mengharap
|
عَسَى اللَّهُ أَنْ
يَعْفُوَ عَنْهُمْ
mudah-mudahan Allah memaafkan
mereka
|
لَيْسَ
|
Meniadakan
|
وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ
بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
dan sesungguhnya Allah
sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya
|
بِئْسَ
|
Celaan,
Kecaman
|
بِئْسَ
الرَّجُلُ أبُو لَهَبَ
Seburuk-buruknya lelaki adalah
Abu Lahab
|
نِعْمَ
|
Pujian,
Sanjungan
|
نِعْمَ
الرَّجُلُ أبُو بَكْرٍ
Sebaik-baiknya lelaki adalah Abu
Bakar
|
تَبَارَكَ
|
Maha
Suci
|
تَبَارَكَ
اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam
|
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il Amar
saja:
FI’IL AMAR JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
تَعَلَّمْ
|
Percayalah!
|
تَعَلَّمْ
أَنّ الرِّبَا بَلاَءٌ
Percayalah! Sesungguhnya Riba itu
membawa petaka
|
هَبْ
|
Anggaplah!
|
فَقُلْتُ
أَجِرْنِي أَبَا خَالِدٍ × وَإِلاَّ فَهَبْنِي امْرَأً هَالِكًا
Aku Cuma bisa berkata…
pertahankanlah aku wahai Abu Khalid…atau jika tidak… maka anggaplah aku
seorang yang telah binasa
|
تَعَالَ
|
Kemari!,
Yuk!
|
هَيَّا زَيْد
تَعَالَ
Hai Zaid…Kemarilah!
|
هَاتِ
|
Bawalah
kemari!, Tunjukkanlah!
|
قُلْ هَاتُوا
بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Katakanlah: “Tunjukkanlah bukti
kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar.”
|
Contoh Fi’il Jamid yang hanya mempunyai bentuk Fi’il
Mudhari’ saja:
FI’IL MUDHARI’ JAMID
|
TERJEMAH
|
CONTOH
|
يَهْبِطُ
|
Memekik, mengerang, berteriak karena takut.
|
|
الفِعْلُ الْمُتَصَرِّفُ
Fi’il Mutasharrif (elastis)
Fi’il Mutasharrif adalah kalimah fi’il yang dapat berubah
bentuknya sesuai tashrif ishtilahiy. Fi’il Mutasharrif terbagi dua:
1. Tam Tasharruf (تام التصرّف)
(sempurna dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Tam Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang
tersedia dalam tiga bentuk Fi’il Tiga Serangkai (Fi’il Madhi, Fi’il
Mudhari’ dan Fi’il Amar) seperti نصر dan دحرج.
FI’IL AMAR
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
اُنْصُرْ!
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
دَحْرِجْ!
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرَجَ
|
2. Naqis Tasharruf (ناقص التصرّف)
(cacat dalam mutasharrif-nya)
Fi’il Naqis Tasharruf adalah kalimah fi’il Mutasharrif yang
tidak tersedia untuk semua bentuk Fi’il Tiga Serangkai. Baik hanya berbentuk
Mudhari’ dan Madhi saja, atau Mudhari’ dan Amar saja, Seperti contoh pada
table.
FI’IL AMAR
|
FI’IL MUDHARI’
|
FI’IL MADHI
|
×
|
يَكَادُ
|
كَادَ
|
×
|
يُوْشِكُ
|
أَوْشَكَ
|
دَعْ!
|
يَدَعُ
|
×
|
ذَرْ!
|
يَذَرُ
|
×
|
تَصَرُّفُ الْمُضَارِعِ
Tashrif
pada Fi’il Mudhari’
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il mudhri’ yang dibuat
dari asal Fi’il Madhi adalah pada awal kalimah fi’il madhi tsb ditambahi dengan
Huruf Mudhara’ah (ا – ن – ي – ت).
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati dhammah apabila ditambahi
pada Fi’il Madhi yang berjumlah empat huruf. contoh table:
HURUF MUDHARA’AH
DI-DHAMMAH-KAN
|
DARI FI’IL MADHI 4 HURUF
|
يُكْرِمُ
|
أَكْرَم
|
يُفَرِّحُ
|
فَرَّحَ
|
يُقَاتِلُ
|
قَاتَلَ
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرَجَ
|
Huruf Mudhara’ah-nya diharkati Fathah apabila ditambahi
pada Fi’il Madhi yang selain berjumlah empat huruf. Lihat tabel berikut:
HURUF MUDHARA’AH DI-FATHAH-KAN
|
BUKAN FI’IL MADHI 4 HURUF
|
يَنْصُرُ
|
نَصَرَ
|
يَنْكَسِرُ
|
انْكَسَرَ
|
يَجْتَمِعُ
|
اجْتَمَعَ
|
يَحْمَرُّ
|
احْمَرَّ
|
يَتَكَلَّمُ
|
تَكَلَّمَ
|
يَتَبَاعَدُ
|
تَبَاعَدَ
|
يَسْتَخْرِجُ
|
اسْتَخْرَجَ
|
يَعْشَوْشَبُ
|
اعْشَوْشَبَ
|
يَجْلَوَّذُ
|
اجَلَوَّذّ
|
يَحْمَارُّ
|
احْمَارَّ
|
يَتَدَحْرَجُ
|
تَدَحْرَجَ
|
يَحْرَنْجَمُ
|
احْرَنْجَمَ
|
يَقْشَعِرُّ
|
اقْشَعَرَّ
|
تَصَرُّفُ الأَمْرِ
Tashrif
pada Fi’il Amar
Tata cara men-tashrif/pengubahan fi’il Amar yang dibuat
dari asal fi’il Mudhari’ adalah sebagai berikut:
Huruf Mudhara’ahnya harus dibuang. contoh table:
BENTUK FI’IL MUDHARI’
|
BENTUK FI’IL AMAR
|
يُفَرِّحُ
|
فَرِّحْ!
|
يُقَاتِلُ
|
قَاتِلْ!
|
يُدَحْرِجُ
|
دَحْرِجْ!
|
يَتَكَلَّمُ
|
تَكَلَّمْ!
|
يَتَبَاعَدُ
|
تَبَاعَدْ!
|
يَتَدَحْرَجُ
|
تَدَحْرَجْ!
|
Dan bilamana setelah pembuangan Huruf Mudhara’ah pada awal
kalimahnya berupa sukun, maka ditambahi Hamzah pada awal kalimah tsb. contoh
table:
BENTUK FI’IL MUDHARI
|
BENTUK FI’IL AMAR
|
يَنْصُرُ
|
أُنْصُرْ!
|
يَنْكَسِرُ
|
انْكَسِرْ!
|
يَجْتَمِعُ
|
اجْتَمعْ!
|
يَحْمَرُّ
|
احْمَرِّ!
|
يَسْتَخْرِجُ
|
اسْتَخْرِجْ!
|
يَعْشَوْشَبُ
|
اعْشَوْشَبْ!
|
يَجْلَوَّذُ
|
اجَلَوَّذّ!
|
يَحْمَارُّ
|
احْمَارَّ!
|
يَحْرَنْجَمُ
|
احْرَنْجَمْ!
|
يَقْشَعِرُّ
|
اقْشَعِرَّ!
|